Motivasi bagi Pemuda/mudi Muslim


Catatan ini aku (penulis) publikasikan bersumber dari catatan pribadi perjalanan penulis. Bukan sekedar ingin membuat postingan baru atau memperbanyak postingan, tapi penulis berharap ini akan dapat turut menularkan hikmah, pelajaran, dan gelora semangat membara kepada para Sobat Kreatif Indonesia yg telah penulis terima dari hikmah perjalanan hidup yg dilaluinya. OK. Salam Kreatif dan Semoga Bermanfaat!

* Untuk artikel ini, kami sarankan jika Anda telah memutuskan untuk membaca, maka supaya membacanya sampai selesai supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran. Terima Kasih. ^_^

motivasi-bagi-pemuda-pemudi-muslim-sobat-kreatif-indonesia

Ketika Alloh menghendaki sesuatu, maka tidak satupun dari Kita mampu menghalangi kehendaknya. Manusia senantiasa tak kuasa akan kehendak-Nya. Baik sebesar apapun usahamu untuk meraih harapan, tak sedikitpun mampu engkau untuk terhindar dari kehendak-Nya. Sungguh tidak berdayanya manusia ini.

Kamu punya cita-cita? Tentu. Manusia tidaklah lepas dari angan-angan. Tapi bukankah kamu sudah mengetahui bahwa satu-satunya tujuannya Kamu diciptakan di dunia ini adalah untuk beribadah. Lalu kenapa kamu harus bersusah payah mengejar kesuksesan untuk karirmu di dunia? Bahkan kamu merelakan waktu, biaya, tenaga, dan pikiran hanya demi tercapainya cita-cita keduniaan yang hanya semu. Toh, mau sebesar apapun, sehebat apapun kamu, sepol apapun usahamu, kalau Alloh tidak berkehendak, yaa sama saja kan…. Tidak ada hasilnya, jadi sia-sia kan…. Entah apapun yang kamu miliki, segala kepandaian, segala kecerdesan, kemampuan yang membuatmu yakin bahwa kamu bisa sukses kini telah kamu miliki, tapi jika Alloh berkehendak lain, tidak sedkitpun kamu dapat menghindar…. Sia-sia kan…. Tidak ada hasilnya…. Bukan begitu? Tentu saja seharusnya tidak begitu! 

Coba kita renungkan lagi sejenak. Kehidupan kita ini tidak lepas dari adanya kebutuhan yang menuntut kita untuk dapat bertahan hidup. Tentu kita juga tahu bahwa membiarkan diri sendiri terkulai hingga mati tanpa usaha untuk mau menghidupi dirinya, tidak mau makan, tidak mau cari uang untuk makan sekalipun sebagai satu-satunya pilihan bagi dia untuk tetap hidup adalah mati yang tidak husnul khotimah, mati yang bunuh diri, yang tentu saja masuk neraka. Ini bukan hal yang sepele. Memang tugas kita untuk beribadah, tapi agama tidak pernah memberatkan untuk sama sekali tidak mengurusi keduniaan. Hanya saja, agama selalu menekankan, “Jangan sampai terbujuk tipu rayu dunia yang semu dan sementara!.”

Persaingan terus berlangsung, mau tidak mau kita akan terlindas persaingan. Sehingga membawa kita pada kondisi dimana tidak mungkin bagi kita untuk tidak memikirkan penghidupan dunia kita. Hidup memang bukan untuk makan, tapi untuk hidup kita perlu makan. Begitu pula dalam bekerja, hidup memang bukan untuk uang, tetapi perlu uang untuk bertahan hidup. Terlebih lagi, seiring bertambahnya zaman, semakin beragam pula kebutuhan yang menuntut hidup. Mungkin pada zaman nabi dan para shohabat dulu, cukuplah bisa makan dan minum itu sudah baik. Sholat dengan satu lembar kain saja sudah cukup, selagi menutup aurot. Bahkan ada shohabat yang sholatnya harus bergantian pakaian dengan istrinya. Ada pula yang mau menikah tidak punya sesuatu untuk dijadikan maskawin. Pakaian yang dimiliki pun hanyalah pakaian yang sedang dipakainya. Akhirnya yang dijadikan maskawin adalah ilmu hafalan Alquran yang dimilikinya. Dan secara hukum agama, itu sudah sah dan memang ada sunahnya, terlebih lagi karena pemuda itu tidak memiliki harta benda yang bisa dijadikan maskawin. Satu hal yang luar biasa dari mereka para shohabat adalah meski mereka miskin dunianya, kesulitan dalam masalah pakaian, kesulitan untuk memperoleh makanan, tapi mereka adalah ahli ibadah yang sangat mengepolkan ibadahnya. Bagaimana dengan kita yang telah banyak memiliki segala kebutuhan yang kita butuhkan untuk hidup dengan layak, bahkan jauh lebih baik dari mereka para shohabat. Memang kini itu telah jauh berbeda, hampir tidak masuk akal jika seseorang hanya memiliki pakaian yang dimilikinya, tidak mempunyai seratus rupiah pun untuk maskawin, dll.

Semakin bertambahnya zaman, semakin bertambah pula kebutuhan hidup kita. Dahulu, ketika belum pernah ditemukan lampu sebagai sumber penerangan bersumber dari listrik, sama sekali tidak masalah bagi Kita untuk hanya menggunakan pencahayaan lilin atau sumber penerangan dari api. Dulu sebelum ada telepon, sama sekali tidak masalah bagi kita untuk hanya saling berkirim surat sebagai cara berkomunikasi. Dulu sebelum ada komputer, laptop, dll., tidak sedikitpun kita terusik dengan masalah memperbaiki komputer, mencetak dokumen, pulsa untuk internet, bandwith untuk internet, dll. Namun, memang beginilah dunia. Tapi dalam setiap harapan selalu ada dua kemungkinan, “berhasil” atau “gagal”. Kita memang tidak pernah minta untuk gagal, tapi kehendak Alloh selalu lebih kuasa. Lalu apakah pantas bagi Kita untuk sedemikian pasrahnya hingga tak mau berusaha? Tentu tidak.

Sadarilah dan yakinlah…. Pertolongan Alloh itu pasti! Islam tidak pernah mengajarkan untuk bermalas-malasan. Berusahalah sebisa mungkin, dan pasrahkan segalanya kepada-Nya. Untuk apa kamu takut gagal, semua sudah kehendak-Nya. Dalam dunia yang semakin sibuk ini, bukanlah salah untuk meraih harapan/cita-cita untuk andil dalam persaingan bertahan hidup. Sedangkan, pada hakekatnya hidup ini hanyalah untuk ibadah, apakah dengan urusan duniamu yang super sibuk, ini berarti meniadakan betapa hidup ini semata-mata untuk mencari bekal di akhirat? Nah, pada kondisi inilah kondisi hati kita, niat kita dalam bertindak sangat menentukan. Agama ada mengajarkan bahwa hidup semata-mata untuk ibadah, tapi agama juga mengajarkan untuk mencukupi nafkah keluarga, untuk tidak menyia-nyiakan harta, untuk shodaqoh, zakat, yang sungguh hal-hal itu berkaitan dengan penghasilan/pekerjaan. Sampai-sampai ada pula ajaran bahwa sebaik-baiknya cita-cita manusia adalah untuk berhasil dunianya dan akhiratnya. Yang mana keberhasilan agamanya tetap sebagai yang paling utama baginya.

Seperti halnya baik dan buruk, seolah-olah dunia dan akhirat adalah suatu hal yang saling bertolak belakang, tidak pernah sama dan tidak mungkin berdiri berdampingan, keduanya begitu jauh berbeda. Seolah-olah jika kita memutuskan untuk menjadi ahli ibadah, maka tidak ada waktu untuk mengurusi harta dunia, begitu pula sebaliknya. Bukankah demikian? Ya, memang bukanlah demikian. Lalu bagaimana cara kita menyikapinya? Pada hakekatnya, urusan dunia dan akhirat adalah sama-sama urusan yang harus kita tangani. Tidak dunianya saja, atau juga akhiratnya saja. Selain itu, dengan kesadaran tentang kenyataan bahwa kita harus kita harus bertahan hidup di dunia ini dan harus terus mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat.

Segala kebaikan yang kita niatkan sebagai ibadah, maka hasilnya adalah pahala. Agama selalu mengajarkan pada kita agar dapat bekerja sendiri, makan dari hasil kerja sendiri sebagai sebaik-baiknya harta, shodaqoh, membela dengan agama, tidak minta-minta, dan berbudi yang baik. Sehingga sebetulnya ilmu dunia dan ilmu agama adalah hal yang tidak dapat dipisahkan untuk meraih kesuksesan yang hakiki, sukses dunia dan sukses akhiratnya. Dasar ilmu agamalah yang telah mengajarkan pada kita bagaimana seharusnya kita mengatur diri sendiri, mengelola kehendak hati, membatasi nafsu, bagaimana bersikap pada orang lain, pada masyarakat, dan apa yang menjadi kewajiban kita kepada Tuhan sebagai hamba yang beragama. Agama telah mengajarkan bagaimana cara kita untuk dapat hidup bahagia, yaitu dengan banyak bersyukur pada setiap hasil jerih payah dan kondisi yang kita lalui. Agama telah mengajarkan pada kita bagaimana agar kita dihargai orang lain, yaitu dengan menghargai orang lain, memperbaiki hubungan antar sesama dengan silaturohim. Agama juga telah mengajarkan bagaimana agar memperoleh banyak relasi, sahabat, atau memperbaiki hubungan dengan rekan kerja. Diajarkan pula akan adanya nilai kebersamaan, kekompakan, rasa saling percaya, persamaan kedudukan dalam berbagai ras, golongan, suku, dll. Agama juga telah mengajarkan bagaimana agar kita sukses dengan cara berusaha dengan sungguh-sungguh, berdo’a memohon pertolongan kepada Alloh, dan pasrah/bertawakal agar kita dapat selalu menerima dan merasa bahagia akan hasil apapun yang diterima, yang telah Alloh berikan kepada Kita.

Kini jelas sudah bahwasanya sebetulnya setiap aspek kehidupan ini tidaklah lepas dari pondasi agama sebagai dasar dari kesuksesan. Maka kuasailah ilmu agama agar kita tahu dalam batas manakah seharusnya kita bertindak. Dalam batas sejauh apakah pekerjaan yang baik bagi kita, agar kita tidak terjerumus pada rasa haus pada harta, cinta kekayaan yang melupakan agama. Yang membuat ditiadakannya etika, rasa ingin yang tidak pernah puas, kehendak yang tidak pernah tercukupi, yang akhirnya meniadakan kesyukuran kepada Alloh. Sehingga kebahagiaan pun menjadi semakin mahal harganya meski harta melimpah ruah.

Jadi, kejarlah dunia sebisa mungkin, sebaik mungkin, bahagiakan keluargamu, bahagiakan kerabatmu, senangkanlah sahabat-sahabatmu dengan senantiasa berlandaskan pada batas-batas agama. Tetapkan hatimu untuk senantiasa membela agama Alloh, kerja kerasmu, usahamu, kesuksesanmu hanyalah guna melancarkan, membela agama Alloh, termasuk pula mencukupi kebutuhan keluarga. Kerja kerasmu, usahamu, kesuksesanmu hanyalah guna melancarkan, membela agama Alloh. Haingga akhirnya, dalam kondisi ini, Kita tidak akan lepas dari kebaikan, pekerjaan Kita selalu dalam ibadah. Usaha kita tidak akan pernah sia-sia, semuanya ada balasan dari Alloh untukmu di dunia sebagai rizqi bagimu dan sebagai pahala di akhirat. Dalam kondisi ini pula, kebahagiaan tidak akan lepas dari diri kita entah dalam kondisi bagaimanapun kita, karena kesukuran membuat kita selalu ridlo/senang pada setiap hasil yang Alloh telah karuniakan untuk kita, baik sesuai harapan atau tidak sesuai harapan semula. Setidaknya, bagaimanapun juga hasilnya, balasan dari Alloh berupa pahala sudah tentu Kita terima. Maka jangan pernah ragu-ragu, ketika ada kesemapatan untuk karirmu, sebisa mungkin kerjakanlah dengan sungguh-sungguh, berdo’a, dan bertawakallah/berpasrahlah kepada Alloh. Selalu akan ada balasan yang jauh lebih baik, lebih pol dibandingkan usaha Kita, pembelaan Kita, akan ada balasan berupa pahala dari sisi Alloh.

Raihlah kesuksesan dunia dan kuatkan perisai agamamu. Jangan biarkan manisnya dunia membuatmu terbujuk dan melupakan kenyataan akan dunia yang fana ini. Semua akan ditinggal pergi, dan hanya amalanmu yang dapat menyelamatkanmu dari beratnya kehidupan setelah mati.

Note: Tulisan ini kemudian dipublikasikan ulang di http://mudamudijababeka.com/. Jadi jangan heran kalau sama persis.